Bidadari Kecil Tak Bersayap - 1

Bismillahirrahmanirrahim..

Pagi itu langit begitu cerah membuat setiap insan yang terbangun menjadi lebih bersemangat. Masih suasana hari raya idul fitri, riang gembira mewarnai desa dan kota. Hilir mudik kendaraan silih berganti mengisi jalan untuk saling bersilaturahim. Iya, hari ke 3 Idul Fitri, hari kemenangan untuk umat muslim. 

Disisi lain, di sebuah rumah yang nampak sibuk, suara tangis dan teriakan mengiringi kepergian sepasang suami istri dan dua orang anak dengan mobil sedan tua berwarna abu-abu. Di serambi rumah tergopoh-gopoh dengan raut cemas dan air mata anggota keluarga lain.

Bolehkah aku berbagi kisah perjalanan hidupku kepada khalayak banyak? Pantaskah aku mengeluh sedang diluar sana tentu masih banyak yang lebih sulit menghadapi ujian dari Allah Subhannallahu Wa Ta'ala. Ujian merupakan bentuk cinta dan kasih dari Nya. Beberapa perjalanan hidup yang terus kami syukuri, sudah sepantasnya mengucap Alhamdulillah disetiap hal yang terjadi terhadap kami. 

Sabtu, 15 Mei 2021. Sekitar pukul 04.00 WIB kami terbangun dari tidur kami. Alhamdulillah Allah izinkan kami untuk kembali beraktifitas, kami melihat jelas Putri kami Bibit begitu kami memanggilnya. Aisyah Tsabitah namanya, yang insyaa allah menjadi wanita solehah yang istiqomah. Bibit adalah anak ketiga kami, alhamdulillah Allah karuniakan kami tiga orang anak. Anak pertama dan kedua kami adalah laki-laki. Masyaa Allah..

Hadirnya Bibit menambah rasa syukur kami, anak perempuan yang menggemaskan, berlesung pipi dan senyumnya sangat manis. 

Pagi itu mudah-mudahan yang pertama dan terakhir kami melihat kondisi Bibit, Subhanallahu, ya Allah putri kami sayang mengalami kejang. Mata terbelalak keatas, tangan kanan mengepal dan melengkung, kaki kiri bergetar secara pelan. Ya Allah.. Kami bingung apa dan sejak jam berapa kondisi Bibit seperti ini, rasa khawatir bercampur takut yang tentu tidak bisa dibayangkan. Ya Allah, ya Allah.

Aku berteriak memanggil suamiku, kami melihat bersama kondisi putri kami, Ibuku dan anggota keluarga lain ikut melihat. Kami sangat khawatir, menangis, rasanya sulit diungkapkan. Aku dan suami bergegas membawa putri kami, saat itu kami mengajak anak kedua kami yang berusia belum 2 tahun. Kami berangkat menuju rumah sakit terdekat menggunakan mobil sedan tua berwarna abu-abu.

Dinginnya pagi hari, air mata yang terus mengalir, ada perasaan takut yang menyelimuti yaitu takut kehilangan putri kami. Ya Allah ampunilah kami. Kami hanya hamba Mu yang lemah. 

=========
Syafira

Komentar

Postingan Populer