"Jika aku tak lagi melihat..

Bismillahirrahmanirrahim

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pemalugu/koleksi-tulisan-arab_552bf2896ea834326f8b45b8
Bismillahirrahmanirrahim

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pemalugu/koleksi-tulisan-arab_552bf2896ea834326f8b45b8
Bismillahirrahmanirrahim

 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Selamat malam Saudariku, semoga kebaikan selalu menyertai diri kita.
Entah sudah berapa banyak kata yang saya rangkai dalam blog ini, sudah berapa banyak artikel yang menghiasi dinding-dinding blog sederhana ini. Dan berapa banyak kesalahan yang tertera karena kelemahan diri ini.

Maafkanlah saya wahai Saudariku, apabila kata-kata yang tercoret di dinding ini telah menyakiti bahkan membuat luka dihati Saudari-saudari ku. Maafkanlah Saudari mu yang lemah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan ampunan atas segala kesalahan saya. Aamiin

"Jika aku tak lagi melihat..

     Mengingat bulan yang terus berganti entah terasa atau tidak, dan nyatanya waktu tetaplah bergulir. Seperti rumput liar yang tumbuh di sembarang tempat, adakah yang perduli? Ketika mereka tumbuh, atau berkembang secara perlahan. Siapa yang menyiraminya? Siapa yang menanamnya? Bahkan kita tak bisa menjawabnya dengan pasti, hanya terkaan dan dugaan yang bisa terjangkau oleh fikiran manusia. Ketika rerumputan itu tumbuh menjalar, mulai terlihat hijau-hijau yang menyejukkan mata atau mengganggu pemandangan sekitar. Apakah setelah itu kita manusia sudah menyadari keberadaan mereka "sang rumput liar"? Belum wahai Saudariku.
Read More >>


     Nopember telah tiba, hujan mulai mengguyur negeri kita. Sekian lama menanti sang rizki dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala kini impian itu telah datang, ladang yang gersang mulai berair, hewan yang kekeringan mulai bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti menggambarkan kebahagiaan yang lama tak kunjung dirasakan. Masyaa Allah, Allah Maha Besar masih jelas diingatan bagaimana bencana silih berganti datang di musim kemarau, kekeringan begitu kata sebagian orang. Atau kebakaran hutan yang menyebabkan asap dan kematian. Segalanya begitu besar, menakutkan dan membuat prihatin semua insan.


     Saya termenung menatap dinding kosong, setelah menunaikan ibadah sholat magribh saya merapikan kembali mukena dan sajadah merah marun hadiah pernikahan dari sahabatku. Setelah menikah saya dan suami memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kecil sederhana, menyewa dengan membayar setiap bulannya dari gaji suami saya. Saya tidak keberatan dengan keputusan ini, karena biar bagaimanapun ini adalah komitmen pernikahan sebelum saya menjadi milik suami saya seutuhnya.

     Saudariku, artikel saya kali ini bukan menceritakan bagaimana caranya bermewah-mewahan setelah menikah atau menceritakan kebahagiaan pernikahan yang didasari dengan materi. Tapi artikel saya kali ini menggambarkan kehidupan pernikahan yang sebagian wanita mungkin mengharapkan yang lebih.


Bismillahirrahmanirrahim

     Sudah enam bulan saya menikah dengan laki-laki yang kini selalu ada di dalam hari-hari saya, yang in shaa Allah selalu berusaha menjaga dan melindungi saya semampu dirinya. Alhamdulillah saya sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mempertemukan kami dan mempersatukan kami dalam ikatan yang Ia ridhoi.

     Sebelum dan setelah menikah saya masih mengagumi hal yang sama dari suami saya, mengagumi hal yang sama atas pernikahan ini, apakah itu? Saudariku, boleh saja kalian tahu atas hal ini. Bahwa saya mengagumi kesederhanaan yang ada pada diri suami saya, tak pernah ia tawarkan kemewahan dan harta berlimpah kepada diri saya. Sebelum dan sesudah menikah, suami saya masih tetaplah sama. Ia tak pernah menjanjikan kemewahan atas apa yang ia miliki maupun yang belum ia miliki. Bahagia rasanya, sesederhana itu pula suami saya menerima diri saya. Meskipun tak menutup kemungkinan bahwa banyak hal yang di pinta setelah menikah dan segalanya semata-mata demi kebaikan diri dan keluarga saya. Alhamdulillah..

     Kembali lagi, mukena dan sajadah yang terlipat rapi di meja tepat di sisi kanan tv milik kami. Bukan milik kami, sebenarnya itu milik bu'de kami, bu'de meminjamkannya untuk kami gunakan karena sudah lama tak di pakai lagi. Kini saya duduk di pinggir kasur dipan kamar kami, oh bukan.. lagi-lagi itu bukanlah milik kami. Itu milik kakak ipar ku, karena kakak ipar ku memutuskan tinggal bersama ayah dan ibu mertua ku. Wahai Saudariku, baru sampai disini ya.. dan sudah dapat saya simpulkan bahwa saya dan suami tak memiliki apa-apa. Yang kami punya hanyalah iman yang semakin hari semakin menipis.

    Rumah orang tua saya cukup jauh, sehingga banyak barang yang ditinggal disana. Karena suami saya bekerja di hiruk pikuk ibukota maka kami memutuskan untuk tinggal jauh dari orang tua saya. Kabar gembira untuk keluarga kecil kami, saya tengah mengandung seorang anak. Usia janin baru sekitar 5 bulan, Allah Subhanallah Wa Ta'ala cukup menyayangi kami, karena Ia begitu cepat percaya menitipkan amanah besar kepada kami. Saudariku, tak mudah menjadi keluarga, tak mudah menjadi seorang isteri, suami, orang tua bahkan anak sekalipun.. Sungguh tak mudah.

     Rumah kecil ini menjadi saksi, dimana kami pernah bertengkar atau berbagi kasih sayang bersama. Rumah kecil ini menjadi saksi betapa sederhana hidup yang kami jalani. Ribuan dollar mungkin menjadi dambaan setiap orang, tak berbeda dengan diri ini. Diri saya yang lemah ini juga bermata dollar, suka dollar dan butuh dollar. Tapi........... bukan itu yang menjadi prioritas pertama kami.


     "Jika aku tak lagi melihat..

     Disini, di depan cermin saya berdiri. Menatap diri sendiri, dimana mata saya terlihat lebih cekung.. oh mungkin ini efek sedang mengandung. Calon anak kami begitu aktif, terasa sekali gerakan yang diberikan olehnya, gerakan lembut dan terkadang membuat saya tertawa kecil membayangkan apa yang sedang dilakukan di dalam sana. Masyaa Allah..

     Jilbab hitam berbahan kaos yang membalut wajah saya, sesekali saya tersenyum menatap diri sendiri kemudian mendung mulai menghampiri fikiran saya. Ya Rabb, siapakah saya ini? Siapakah yang ada di dalam cermin itu? Apakah itu saya? Betapa banyak nikmat yang telah Engkau berikan, dan saya belum beriman sepenuhnya. Apa yang terjadi, iman saya yang kian menipis. Bukan bertambah seperti yang seharusnya saya lakukan, bukan pula menjadi kuat seperti apa yang harus saya lakukan. Ya Allah, mengapa?

     Butiran air mata mulai membasahi wajah saya, sekeliling mata mulai memerah tak dapat rasanya menahan haru yang kian membendung batin saya. Apa yang akan terjadi apabila salah satu diantara nikmat ini Engkau cabut ya Rabb? Apakah diri ini masih bisa beriman seperti sedia kala, apakah diri ini masih bisa mengucap syukur?

     "Jika aku tak lagi melihat..
Siapakah yang mau menjadi pendamping saya?
Apakah hati ini masih bisa berdzikir karena Mu ya Rabb? Apakah saya sanggup menjadi muslimah sejati?
Rabb, "Jika aku tak lagi melihat.. lalu bagaimana dengan suami dan anak-anak saya?
Bagaimana dengan keluarga saya?

Rabb, kuatkah hamba menjadi muslimah?

Saat hamba Mu sempurna, sedikit sekali syukur yang terucap.
Sedikit sekali tangan ini berbagi.
Sering kali saya lalai dalam menunaikan kewajiban hamba.

Rabb, "Jika aku tak lagi melihat.. mampukah saya menerima takdir Mu dengan ikhlas?
Memuji asma-Mu, bersabar atas ketetapan yang telah Engkau berikan.

Lantas... siapakah yang ada di dalam cermin itu?
Bukankah Engkau telah memberikan segala kesempurnaan pada setiap insan, lantas kini saya takut..

Semua indera akan di pertanggung jawabkan.
Semua inchi akan di pertanyakan.

"Jika aku tak lagi melihat..
     Mungkinkah satu indera ku mendapat keringanan?

Saudariku..
     Lantas apa yang dapat kita banggakan?
- mobil mewah
- rumah megah
- harta berlimpah
- suami tampan
- wajah cantik


BUKAN itu semua Saudariku..
     Ingatlah Saudariku, ketika satu diantara nikmat yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan.. di ambil perlahan. Karena apa lagi kalian bisa berbangga hati?

Sedang.. Sang Pencipta enggan lagi memberimu hak dalam melihat, berjalan, mendengar, maupun berbicara. Na'udzubillah min dzalik, semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu memberikan illah untuk jiwa kita agar selalu senatiasa bersyukur dan tak luput mohon ampun kepada-Nya.


"Jika aku tak lagi melihat..

http://twitter.com/syfiraaaa

 

Komentar

Postingan Populer