Makna Yang Salah
Andai dia tahu,
pasti aku tidak akan sekuat ini.
Andai dia tahu,
pasti aku tak akan sesabar ini.
Andai dia tahu,
mana mungkin aku bisa setegar ini.
Andai dia tahu,
aku tidak pernah mengenal rasanya kecewa.
Andai dia tahu,
aku tidak akan menjadi penunggu yang setia.
Andai dia tahu,
pasti aku tidak sedewasa ini.
Saat matahari
terbit, aku selalu menunggu mu.
Namun, engkau
tidak pernah datang dihadapanku.
Saat malam
tiba, pengharapanku menjadi padam.
Seperti tidak
akan lagi aku menemukannya.
Ternyata, beginilah
jalan yang harus aku tempuh.
Aku telah
memilih mu untuk menjaga hatiku, namun aku salah.
Aku yang telah
pergi demi kebaikan, namun aku harus menerima ketidakberdayaanku ini.
Aku telah
menggantungkan harapanku bersamanya, namun aku gagal.
Semakin hari
aku semakin sadar, bahwa..
Cinta yang aku
tanam sendiri,
Cinta yang aku
pupuk sendiri,
Aku sirami,
rawat dan aku biarkan ia berkembang menjadi besar.
Dan aku sadar,
bahwa cinta ku hanya aku yang menanamnya.
Bukan dia atau
siapapun.
Sudah jelas
bahwa aku akan kecewa, namun aku selalu berbesar hati bahwa suatu hari nanti
cinta yang aku tanam dapat tumbuh dengan indah.
Dan, aku gagal.
Aku belajar
satu hal, bahwa perhatian saja tidak cukup untuk dikatakan bahwa dia mencintai
kita.
Ternyata,
perhatian itu bukan hanya tertuju pada ku saja.
Mungkin ada
satu, dua atau lebih yang tidak pernah aku tahu.
Ketahuilah
bahwa aku selalu berbesar hati untuk menanti dirimu.
Namun kini, aku
mengerti.
Perlahan
kerinduan itu tidak bisa lagi menunggu,
Perlahan
kekecewaan ku tidak dapat di sembuhkan lagi.
Apalah arti
pengharapanku? Jika itu menjadi bumerang untuk diriku sendiri.
Banyak wanita
yang beruntung, dipertemukan dengan pria yang benar-benar mencintainya.
Tapi,
keberuntungan belum jatuh padaku.
Ragaku mungkin
tidak lelah, tapi hatiku? Sekuat apa hati seorang wanita?
Aku bangga pada
diriku sendiri.
Aku masih mampu
memaafkan diri mu yang telah menghianatiku, mengecewakan ku dan meninggalkan
luka di hatiku.
Aku masih bisa
menerima mu meskipun kau pergi sesuka hati, dan kembali dengan harapan baru.
Aku bangga, aku
termasuk wanita yang bersabar dalam menghadapi dirimu.
Terkadang,
janji yang pernah kau ucapkan menjadi pedang yang amat tajam bagiku.
Melukai, sudah
pasti.
Entah mengapa
dirimu tidak pernah menyadari itu, andai aku mampu mungkin aku sudah pergi
sejak beberapa pekan yang lalu.
Tapi aku bodoh,
aku tetap ingin berbesar hati dan berharap kau akan berubah.
Bagimu sikap mu
adalah yang terbaik.
Bagimu cinta mu
bukanlah untuk ku.
Bagimu janji mu
hanyalah perkataan biasa.
Bagimu harapan
itu tidak pernah engkau berikan.
Bagimu aku
hanyalah beban.
Bagimu
pernikahan hanyalah semu.
Bagimu aku
bukanlah apapun di matamu.
Bagimu aku
adalah debu, kasat mata.
Bagimu aku apa?
Aku bukanlah
apa-apa.
Disayangkan,
aku telah mengetahui semua jawabannya sebelum engkau menjawabnya.
Tapi mengapa? Aku
masih saja memaksakan diri untuk mempertahankan dirimu, mengapa?
Pertemuan
hanyalah angan ku saja.
Berbicara
dengan mu hanyalah mimpi ku saja.
Bahkan aku pun
tidak mampu memegang bayangmu di anganku.
Kamu terlalu
sulit untuk di miliki, bukan karena kesempurnaan mu.
Namun karena
ketidak peduliaan mu yang begitu besar.
Perisai mungkin
akan tertembus oleh pedang yang amat tajam.
Namun ke
egoisan mu tidak dapat aku tembus dengan apapun.
***
Pagi yang cerah
ini, aku terbangun dari mimpi ku.
Akan aku benahi
satu per satu impian itu,
Dan aku buang
jika memang benar-benar tidak dibutuhkan.
Bedanya, aku
telah berbesar hati menanti mu dan menghadapi sikap mu. Sedangkan kamu?
Mungkin akan
kehilangan diriku dan kamu tidak perduli itu, karena memang hanya diriku yang
memaksa mu untuk tetap bersama mu. Sedangkan kamu tidak memilih ku.
Bedanya, aku
akan kehilangan mu dan merasa kehilangan yang teramat. Sedangkan kamu?
Mungkin akan
kehilangan diriku dan kamu tidak perduli itu, karena memang hanya diriku yang
memaksa mu untuk tetap bersama mu. Sedangkan kamu tidak memilih ku.
Inilah
kenyataan, untuk apa aku selalu takut menghadapinya.
Akan aku mulai
semuanya menjadi baru.
Aku hanya butuh
waktu, butuh waktu untuk menampakan bahwa ini baik-baik saja.
Akan aku tata
kembali cita-cita ku yang telah lama hilang karena kau rampas.
Akan aku pilah
yang terbaik untuk ku dan ku tinggalkan jejak mu perlahan.
Aku akan
memilih jalan yang berbeda agar kita tidak di pertemukan dalam satu jalan.
Sampai seperti
inikah diriku?
Kamu tidak
pernah mengerti bagaimana menjadi diriku.
Aku yang
berbesar hati namun tidak pernah engkau tengok.
Aku yang sekuat
tenaga memberikan cinta dan perhatian namun tidak pernah engkau jamah.
Hatiku, sakit.
Tapi tidak lagi...
Karena aku
sadar, cinta tak perlu di paksakan.
Mungkin dirimu
pernah memberikan perhatian besar terhadapku, namun kini tidak lagi.
Baik, kita akan
mengambil jalan yang berbeda.
Luapan amarahku
tidak pernah engkau lihat..
Khawatirnya
diriku tidak pernah engkau lihat..
Aku seperti
bangkai yang terbujur kaku, tak berdaya.
Padahal darah
ku telah mendidih karena menahan kemarahan ini,
Buat apa? Aku
tidak di hargai,
Buat apa? Aku
pun tak dianggap.
Terima kasih
atas perhatian yang pernah engkau berikan.
Terima kasih
atas kekecewaan yang telah engkau berikan.
Terima kasih...
kau telah meninggalkan jejak di hatiku.
Noda merah
karena amarahku yang tidak dapat aku luapkan.
Noda merah karena
rasa kecewa ku yang teramat.
Bayang memang
semu. Namun dia pasti ada di tiap raga yang bernyawa.
Bayang memang
semu. Namun tidak kasat mata seperti diriku bagi mu.
Aku ada tapi
tak ada.
Aku ada tapi
tak ada.
Aku ada tapi
tak ada.
Aku seperti mu,
egois.
Egois karena
ingin memiliki mu,
Aku seperti mu
egois.
Egois karena
selalu memaksamu.
Kini, rasa itu
akan terkubur habis.. sedikit demi sedikit.
Perlahan demi
perlahan..
Sedikit
perhatian mu sangatlah bermakna bagi ku~
Terima kasih,
-dari yang (masih)
tersembunyi dan yang (masih) disembunyikan-
Atau memang begitukah
selamanya?
Created by:
Syafira Amelia
@syfiraaaa
Komentar
Posting Komentar