Bagaimanakah jatuh cinta itu?
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Subhanallah kita masih di
beri umur panjang dan kesehatan untuk membaca artikel ini.
Pembaca yang budiman, yang insya’allah selalu diberikan rahmat yang
melimpah dan perlindungan dari-Nya. Kali ini saya akan sharing mengenai “Jatuh
Cinta” di usia muda.
Tentu, begitu
banyak dari kita yang telah bahkan sering mendengar ungkapan tersebut. Jatuh
cinta, sedikit lucu jika kita mendengarnya dengan teliti dan pikiran sadar.
Lalu apakah jatuh cinta itu? Banyak orang yang mengatakan bahwa jatuh cinta
adalah kesakitan, “namanya aja udah jatuh, pasti rasanya sakit,” bukankah
begitu yang sering kita dengar?
Subhanallah
ternyata masih banyak orang yang memperdulikan hal ini, masih banyak orang yang
ingin membantu kawan-kawan kita untuk tidak jatuh cinta. Namun, apakah hal itu
dibenarkan? Pembaca yang budiman, jatuh cinta bukanlah perasaan yang menakutkan
ataupun menyeramkan, bukankah meresahkan dan menakuti sesama muslim adalah hal
yang tidak baik? Oleh karena itu, bagaimanakah jatuh cinta yang sebenarnya?
Cinta.. kata itu terdengar
sangat sederhana. Namun, sangat besar maknanya, cinta yang muda bagaikan bunga
yang sedang bermekaran. Sangat merekah, ranum dan menarik hati. Siapapun yang
melihatnya pasti akan luluh dan enggan berpaling memandang kecantikan bunga
tersebut. Jadi tidak heran di era sekarang ini sangat banyak orang yang
tergila-gila dengan lawan jenisnya, hingga mereka menaruhkan sebagian dari
harga diri mereka. Subhanalloh, semoga Allah melindungi kita dari hal tersebut.
Pembaca yang
budiman, Allah SWT selalu memberikan kita perasaan yang begitu peka, begitu
halus, sehingga saat kita terlena oleh kelembutan seseorang membuat kita sulit
untuk memikirkan hal lain apapun itu. Inilah cinta yang membutakan jalan kita
menuju surga Allah SWT, inilah cinta yang membuat kita lupa akan cinta Allah
kepada hamba-Nya yang begitu besar tanpa kita pikirkan bagaimana sakitnya
perasaan Allah saat cinta-Nya bertepuk sebelah tangan. Kalian pasti mengerti,
perasaan apa yang dirasakan saat cinta yang kita banggakan, yang kita lebihkan
namun berakhir pada pengharapan yang semu. Sungguh tragis dan merugi
orang-orang yang mengabaikan cinta Allah SWT.
Lalu bagaimanakah
jatuh cinta yang sebenarnya?
Ukhti dan akhi yang di cintai oleh Allah SWT, adakah manusia yang
tidak pernah jatuh cinta? Saya rasa jawabannya adalah tidak. Mengapa demikian?
Jatuh cinta, bukan hanya bermakna pada manusia saja, tapi juga cinta kepada
makhluk Allah, cinta kepada harta, kemewahan, mobil, perhiasan, hobi, bahkan
cinta kepada dunia yang berlebihan. Apakah kita tidak pernah menyukai sesuatu
yang kita anggap sebagai kesenangan dunia? Jawabannya adalah pernah.
Allah SWT telah
menyisipkan perasaan suka seseorang dengan yang lainnya, cinta yang wajar
kepada apapun selain Allah SWT, begitu pula dengan cinta antara lawan jenis.
Ukhti dan akhi bolehlah saja jatuh cinta, bahkan Siti Khadijah pun jatuh cinta
kepada Nabi Muhammad SAW, itu berarti cinta tidaklah di larang. Perasaan cinta
adalah kebutuhan jiwa setiap insan di bumi ini, apapun itu dan karena apapun
itu. Tapi.. islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk mencintai apapun
selain karena Allah SWT.
Saya pernah jatuh
cinta, dulu sebelum saya mengenal apa itu cinta yang hakiki saya merasa bahwa
apapun yang saya pandang dan saya suka itu saatnya saya sedang jatuh cinta.
Tidak sedikit saya sering mengucapkan “aaaa... aku jatuh cinta..” dan kini apa
yang terjadi?
Bibir ku kelu seakan membeku, aku tidak dapat mengatakan apa-apa
lagi mengenai cinta. Hati ku bergetar hebat karena begitu aku merasa takut
kepada Allah SWT, Ia yang telah memberikan aku perasaan itu kemudian aku
mengingkari cinta-Nya terhadap ku. Aku menyesal telah jatuh cinta di masa lalu,
cinta yang tidak sedikitpun berpihak karena Allah, cinta yang hanya berdasarkan
nafsu akibat kecantikan/ketampanan, kekayaan, bahkan tak sedikit yang cinta
hanya karena popularitas semata.
Seiring
berjalannya waktu, waktu itu terus membuat ku berfikir. Apakah ini cinta yang
sebenarnya? Apakah ini cinta yang hakiki? Sedangkan si dia hanya mencintai
rupaku, sedangkan si dia hanya menyukai ke pandaianku, sedangkan si dia
memperlakukan aku dengan tidak sopan, sedangkan si dia.. bla bla bla. Tanpa
pernah aku berfikir, betapa diriku terlalu bodoh mencintai seseorang yang jelas
tidak benar-benar mencintai saya..
Padahal.. jauh disana dan sangat dekat disini.
Ukhti dan akhi, itu adalah cinta dan jatuh cinta yang hakiki.
Cinta Allah SWT kepada hamba-Nya, cinta Allah yang tidak pernah
memiliki alasan apapun untuk tetap dan terus bersama dengan hamba-Nya.
Sungguh hati ini
terasa sangat perih, saat cinta kita yang menggebu-gebu kepada makhluk Allah,
saat kita merasa bahwa dia-lah segalanya, bahwa segalanya adalah milik kita
berdua. Sedangkan disisi lain ada mata yang selalu memandang dari kejauhan,
yang dengan jelas mengetahui benar apa yang sedang terjadi. Apakah kita tidak
malu terhadap-Nya? Saat Allah memandang jiwa kita yang gila karena cinta,
menggilai seseorang dan memuja serta memujinya mati-matian. Pertanyaannya
sekarang adalah apakah kita rela mati karena agama Allah SWT? Lantas masih
banyak diantara kita yang ragu untuk mengatakan “SAYA RELA” dan “SAYA SIAP”, menyedihkan..
Pembaca tentu
pernah mendengar kisah cinta sejoli Laila Majnun, ini adalah kisah cinta yang
tidak benar dan tidak dibenarkan. Allah SWT tidak pernah menginginkan hamba-Nya
mencintai sesuatu selain diri-Nya secara berlebihan, yang serta merta melupakan
segalanya, melupakan nikmat bahkan keselamatan dirinya sendiri. Masya’Allah,
sungguh tragis nasib yang digambarkan oleh Laila Majnun. Cinta yang seperti
inilah, cinta yang tidak di landasi oleh Allah SWT. Cinta yang bukan
semata-mata hanya untuk mencari ridho-Nya melainkan cinta yang telah
menghancurkan jiwa itu sendiri.
Pembaca yang
budiman, mari kita pertegas atas perasaan kita. Apakah pembaca telah pantas
untuk jatuh cinta? Cintailah apapun itu dengan sederhana seperti kata yang tak
sempat di ucapkan kayu kepada sang api yang menjadikannya abu :)
Subhanallah sudah jelas disana dapat kita pahami bahwa
kesederhanaan dalam mencintai tentulah akan bermuara pada ketentuan apapun yang
telah Allah tetapkan, entah itu mengenai jodoh atau sebuah ujian.
Jatuh cinta memang
sangat sulit untuk di padamkan, jatuh cinta memang sangat sulit untuk di tutupi
hingga yang muncul adalah perasaan sedih, sakit dan kecewa. Kekecewaan yang
mendalam itu terkadang membuat jiwa kita goyah pada keyakinan kita kepada Allah
SWT. Seakan-akan bahwa Allah lah yang telah menghancurkan dan memisahkan
hubungan kalian, subhanallah ukhti dan akhi... ini adalah pemikiran yang salah.
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya meski sangat buruk di mata
kita tetaplah itu yang terbaik untuk diri kita. Maka berhentilah untuk berburuk
sangka kepada Allah SWT.
Jatuh cinta harus
tenang, tidak perlu terburu-buru jika belum siap. Dan jangan terlalu lama jika
sudah siap, segeralah untuk menikah jika engkau yakin pada pasanganmu.
Sesungguhnya begitu lebih baik daripada hati terus tersakiti karena penantian
yang terlalu lama, Ukhti yang perasaannya lebih lembut dan peka akan lebih
mudah tertarik pada kemenawanan lawan jenisnya. Itulah sebabnya mengapa wanita
tidak berhak untuk memilih lelaki untuk di jadikan suami, wanita hanya memiliki
hak untuk menerima/menolaknya saja. Jika seorang laki-laki tidak menjatuhkan
pilihan tersebut kepada kita, maka teruslah bersabar dan berdo’a kepada Allah. Mungkin
Allah belum memberikan jalan pada kita. Tentu sangat sulit
bagi wanita untuk menentukan pilihan jika hatinya saja begitu lembut dan mudah mengekspor emosinya, oleh karena itu
laki-laki memiliki hak penuh atas memilih calon istrinya dan hak penuh untuk
menceraikannya.
Kembali lagi,
jatuh cinta yang hakiki adalah cinta kita kepada Allah SWT. Cinta yang tidak
pernah ada duanya, bahkan saat kita lupa-pun terhadap-Nya, Allah tidak pernah membenci hamba-Nya. Cinta yang
hakiki bukanlah karena fisik ataupun materil, tapi cinta yang hakiki adalah
cinta Allah kepada umat-Nya dan cinta umat kepada Allah SWT, serta mencintai
sesuatu semata-mata karena Allah SWT.
Kekecewaan yang
silih berganti membentur hati kecil kita akan terus berusaha kuat dari sisi
apapun. Sekali-kali ia mengeluh dan mengeluarkan air mata. Jika ukhti dan akhi
jatuh cinta, cintailah Allah terlebih dahulu. Jika Allah telah kita tempatkan
di hati ini sebagai rasa cinta yang utama, maka cinta yang penuh ridho Allah
akan beriringan bersama.
Pembaca yang
budiman, percayalah.. saat Allah telah menitipkan perasaan cinta itu tentulah
Allah juga telah menyisipkan beberapa tantangan untuk kita. Cintailah wanita mu
karena empat hal :
1. Agamanya
2. Keturunannya
3. Hartanya
4. Kecantikannya
Dan pilihlah
wanita mu atas karena agamanya, jika akhlak serta agamanya baik dan
sempurna maka ketiganya akan ikut mengiringi. Insya’Allah.
Atas
rahmat Allah maka mulailah menyadari bahwa cinta yang hakiki datang dari Allah
SWT, sebaik-baiknya pilihan adalah pilihan Allah dan sebaik-baiknya ketetapan
adalah ketetapan Allah jua.
Pilihlah pasangan yang mau dan akan membawa kita ke surga Allah, bukan ia yang hanya mengandalkan nafsu semata. Jika kamu telah menemukannya, jaga lah ia dan bersegeralah untuk mengikat janji suci agar kesucian cinta itu akan terus terjaga hingga maut memisahkan.
Belajar
untuk jatuh cinta yang sewajarnya, cinta yang dapat membawa kita menuju surga Allah.
Bukan cinta yang berakhir pada penyesalan hanya karena nafsu yang membera tanpa
tujuan kebaikan. Muara cinta yang hakiki adalah kenikmatan di dunia dan
akhirat, sedangkan muara cinta palsu adalah kenikmatan dunia yang sementara dan
penyesalan yang amat pedih di akhirat kelak. Nauszubillah min dzalik, semoga
kita merupakan hamba-Nya beruntung.
Allahumma aamiin :)
@syfiraaaa
#Cinta#Allah#Hakiki
Komentar
Posting Komentar